Bapak Kepala Sekolah Drs. Muhlisin Bisyri,SE.M.Ag.MM. Meraih The Best Leader Quality in The Year

NAMA besar Futuhiyyah di Kabupaten Demak tidak diragukan lagi. Apalagi yayasan pondok pesantren tertua ini telah memiliki delapan sekolah menengah. Bagi Muhlisin Bisri, nama besar itulah yang membuatnya tertantang untuk membesarkan SMK Futuhiyyah.
Perjuangannya selama belasan tahun pun diganjar manis dengan penghargaan ”The Best Leader Quality in The Year” dari salah satu media penghargaan nasional, beberapa pekan lalu.
Mantan ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Wali Sembilan (Setia WS) dua periode ini didapuk menjabat Kepala SMK Futuhiyyah sejak 1998. Ketika itu, sekolah yang dipimpin pria kelahiran, 4 Maret 1962 ini masih satu lokasi dengan SMA Futuhiyyah.
Tepatnya, di sisi timur Pasar Mranggen. Dua sekolah satu yayasan ini selama delapan tahun berada dalam satu lokasi dengan luas, kurang dari setengah hektare. ”Mulai 2006, saya berpikir sudah saatnya SMK Futuhiyyah berkembang dengan memiliki lahan sendiri.
Sejak saat itu, dengan modal nekat, kami berburu tanah,” ujar suami Bibit Mujiati (38) ini saat ditemui, kemarin. Akhirnya, pihak sekolah mampu membeli tanah dengan luas ratusan meter persegi di Jalan Suburan Barat atau Desa Brumbung Kecamatan Mranggen.
Tempat relokasi ini berjarak 200 meter dari lokasi lama. Keluar-masuk bank untuk mencari pinjaman sudah biasa dilakoni bapak empat anak ini selama bertahun-tahun.
Apalagi jika mendengar kabar ada tanah dijual dan berada di sekitar sekolah. Pada awal pendirian, SMK Futuhiyyah hanya bisa menampung 160 siswa untuk mengisi dua jurusan, yakni elektro dan otomotif. Daya tampung itu bisa dibilang melebihi permintaan karena jumlah pendaftar hanya 250 orang.
”Saat itu, sekolah kejuruan belum menjadi idola seperti sekarang. Namun saya merasa bangga Futuhiyyah telah mendapat kepercayaan masyarakat,” imbuh Muhlisin seraya tersenyum.
Tidak Mudah
Perjalanan membesarkan sekolah kejuruan swasta ternyata tidak mudah. Sekolah harus bersaing dengan negeri yang lebih dilirik masyarakat.
Dia pun mengaku, enam bulan silam, keuangan sekolah masih defisit karena harus membayar pinjaman bank untuk perluasan sekolah. Bagi Muhlisin, uang bisa dicari tetapi peluang mendapat tanah seperti yang diinginkan, sulit datang berulang.
Karena itu, dia nekat mengambil pinjaman bank untuk membeli lagi tanah warga yang ada di belakang sekolah. Dalam sepuluh tahun, SMK Futuhiyyah pun bisa memiliki lahan satu hektare dengan daya tampung 1.000 orang lebih.
SMK menyediakan tiga jurusan, yakni teknik audio visual, sepeda motor, dan teknik kendaraan ringan.Total nilai aset sekolah kini mencapai Rp 6 miliar. Apa itu berciri khusus? Menurut Muhlisin, SMK Futuhiyyah bisa juga dikategorikan sebagai madrasah aliyah (MA) plus.
Siswa dibekali iman dan takwa (imtak), selain ilmu pengetahuan dan teknologi (imtek). Para siswa membiasakan diri shalat berjamaah. Sekitar 40% siswa juga menjadi santri di pondok pesantren.
Inovasi mulai terpikirkan ketika persaingan sekolah kejuruan makin ketat, mulai 2002. Saat itu, sudah ada 14 sekolah kejuruan. Pada 2014, sekolah mampu melakukan pertukaran pelajar dan guru dengan sekolah kejuruan di Thailand.
Tahun ini, kerja sama diperpanjang kembali. Bicara lulusan, sebagian besar siswa terserap di industrri otomotif sebagai kepala bengkel. SMK Futuhiyyah juga pernah mendapat penghargaan ”As The Best Education and Lecturing Program oh The Year” pada 2014. (Hartatik – 61)
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Berita Lainnya :
- SMk Futuhiyyah Bekerjasama dengan Puskesmas Mranggen 1 guna menyelanggarakan penjaringan kesehatan,
- SMK FUTUHIYYAH BANTU SISWA DAN GURU TERDAMPAK BANJIR
- Belajar Demokrasi dengan Pemilihan Umum OSIS SMK Futuhiyyah Mranggen
- SMK Futuhiyyah gelar bakti sosial sebagai aplikasi visi Peduli dengan Masyarakat
- SMK Futuhiyyah gelar MPLS peserta didik baru
Kembali ke Atas